Kapal Pinisi Jadi Google Doodle Hari Ini: Sejarah, Alasan dan Cara Pembuatannya

Kapal Pinisi Jadi Google Doodle Hari Ini: Sejarah, Alasan dan Cara Pembuatannya

Dec 7, 2023 - 07:53
Dec 7, 2023 - 07:58
 0  17
Kapal Pinisi Jadi Google Doodle Hari Ini: Sejarah, Alasan dan Cara Pembuatannya
Kapal Pinisi Jadi Google Doodle Hari Ini, Kamis (7/12/2023). (Sumber Google Doodle)

RUPANNA.COM - Kapal Pinisi hari ini, Kamis (7/12/23) menjadi ilustrasi Google Doodle. Kapal Pinisi terpilih menjadi Google Doodle karena UNESCO menetapkannya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan pada 7 Desember 2017 di Paris, Prancis.

Dikutip dari laman doodle.google hari ini, Kamis (7/12). Pembuatan kapal di Indonesia dimulai ribuan tahun yang lalu, namun para pelaut di Sulawesi Selatan membuat kapal pinisi modern pertama pada tahun 1906. Dengan mengambil inspirasi dari gaya tali-temali Eropa, mereka menyadari bahwa dengan menghilangkan tiang buritan di tengah, kapal dapat melaju lebih cepat dan sebuah keuntungan besar dalam mengangkut kargo dan kapal rakyat. 

Desain megahnya menampilkan lambung besar yang tergantung di bagian depan kapal. Perahu semakin populer selama bertahun-tahun, namun komunitas perahu pinisi yang paling terkenal tetap ada di Sulawesi.

Pada tahun 1980-an, masyarakat mulai menambahkan mesin pada perahu pinisi. Setelah bertahun-tahun berbagi desain secara lisan, cetak biru kapal tersebut secara resmi dikodifikasi pada tahun 90an. Warisan pembuatan kapal Sulawesi Selatan masih terus berkembang. Saat ini, perahu pinisi menjadi pilihan utama untuk perjalanan memancing dan ekspedisi wisata.

"Doodle ini merayakan pinisi - perlengkapan berlayar tradisional Indonesia yang digunakan di kapal sejak berabad-abad yang lalu." tulis Google di laman doodle.google, Kamis (7/12).

Kapan Pertama Kali Kapal Pinisi Ditemukan?

Dikutip dari laman Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI), Kapal Pinisi sudah ada sejak 1500-an di Indonesia, dan sering digunakan oleh pelaut Konjo, Bugis, dan Mandar asal Sulawesi Selatan untuk mengangkut barang. Kalau dulunya kapal ini digunakan untuk perdagangan, saat ini banyak kapal pinisi yang digunakan sebagai daya tarik wisata.

Menurut halaman tersebut, kapal pinisi sekarang sudah sangat muda dikenali di perairan. Ciri khas nya bisa dilihat dari penggunaan 7 sampai dengan 8 layar, serta 2 tiang utama pada bagian depan dan belakang kapal.

Kapal Pinisi tersebut terbuat dari kayu. Umumnya ada empat jenis kayu yang biasanya digunakan untuk membuat kapal pinisi, yaitu kayu besi, kayu bitti, kayu kandole/punaga dan kayu jati.

Dimana Kapal Pinisi Dibuat?

Dikutip dari laman Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI), pembuatan kapal pinisi berada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Tepatnya berada di tiga desa, yaitu Desa Tana Beru, Bira, dan Batu Licin. Masih dilakukan dengan cara tradisional, pembuatan kapal pinisi tidak bisa dilakukan sembarangan.

Proses pembuatan kapal pinisi terbagi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dimulai dari penentuan hari baik untuk mencari kayu untuk membuat kapal pinisi. Biasanya, “hari baik” mencari kayu jatuh pada hari ke-5 atau ke-7 pada bulan pembuatan kapal. Pemilihan hari ini melambangkan rezeki yang ada di tangan, dan selalu mendapat rezeki.

Tahap kedua pembuatan kapal pinisi masuk ke proses menebang, mengeringkan, dan memotong kayu. Kayu-kayu tersebut kemudian dirakit menjadi setiap bagian kapal pinisi. Tahap kedua inilah yang memakan waktu lama, bahkan hingga berbulan-bulan.

Pada tahap ketiga adalah proses peluncuran kapal pinisi ke laut. Namun, sebelum diluncurkan, biasanya diadakan upacara maccera lopi, atau menyucikan kapal pinisi. Upacara ini ditandai dengan kegiatan menyembelih sapi atau kambing. Dengan perhitungan, jika bobot kapal kurang dari 100 ton, maka yang disembelih adalah kambing, sedangkan kalau di atas 100 ton berarti sembelih sapi.

Itu sebabnya, rangkaian pembuatan kapal pinisi melambangkan nilai filosofi tersendiri, yakni nilai untuk bekerja keras, kerja sama, keindahan, hingga menghargai alam. Tak heran kalau kapal pinisi masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO (2017).

* Penulis / Editor : Muh Arief Ikhsan Yafi.

Apa Reaksi Kamu Tentang Postingan Ini?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Rupanna CEO & Founder Rupanna.com